Selasa, 03 Maret 2015

Saluran Distribusi dan Manajemen Logistik

 





MANAJEMEN PEMASARAN
BAB 12
Saluran Distribusi dan Manajemen Logistik
MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas dari Matakuliah Manajemen Pemasaran
yang diberikan oleh Ibu Diah Yulisetiarini.


Oleh Kelompok 2
Nama Kelompok:
1. Zainul Abidin          (130810201004)
2. Vina Wahyu P.        (130810201009)
3. Dini Artanti             (130810201011)
4. Dhita Yuly K.         (130810201026)
5. Najib Muntaha        (130810201034)
6. Lutfi Fajar H.          (130810201035)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar belakang

Sebuah perusahaan tentu memiliki tujuan yaitu memperoleh omset dan keuntungan yang  tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat seperti manajer, karyawan, investor serta masyarakat. Selain itu, cara menangani masalah bagaimana agar produk bisa sampai ke konsumen juga menentukan seberapa besar omset penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Hal inilah yang juga menjadi tugas dari para manajer di bagian pemasaran. Bagian atau manajer pemasaran harus memikirkan betapa pentingnya saluran distribusi apa yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Dengan adanya penyaluran yang baik, perusahaan akan mencapai keuntungan salah satunya yaitu produknya bisa sampai ke konsumen sesuai waktunya. Untuk pihak konsumen sendiri lebih mudah membeli produk yang diinginkan.
Penyaluran yang baik juga berhubungan dengan manajemen logistik. Tanpa adanya manajemen logistik, penyaluran mungkin akan kurang efisien karena logistik menangani masalah persediaan barang. Oleh karena itu saluran distribusi dan manajemen logistik perlu dibahas lebih dalam mengingat peranannya yang cukup peting di dalam sebuah perusahaan.

1.2      Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian saluran distribusi ?
1.2.2 Bagaimana fungsi saluran distribusi ?
1.2.3 Apa saja macam-macam saluran distribusi ?
1.2.4 Apa yang dimaksud manajemen logistik ?
1.2.5 Apa fungsi manajemen logistik ?


1.3      Tujuan
1.3.1 Memenuhi tugas  mata kuliah Manajemen Pemasaran.
1.3. 2 Mengetahui dan memahami mengenai saluran distribusi dan manajemen logistik. 
1.3.3  Mengetahui dan memahami fungsi saluran distribusi dan manajemen logistik.


1.4      Manfaat
1.4.1    Memberikan pemahaman kepada para pembaca mengenai saluran distribusi dan manajemen logistik.
1.4.2    Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pentingnya saluran distribusi dan manajemen logistik.
1.4.3    Memberikan informasi tentang fungsi saluran distribusi dan manajemen logistik.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Saluran Distribusi

Menurut Winardi (1989:299) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut :
“ Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli. “

Sedangkan Philip Kotler (1997:140) mengemukakan bahwa :
“ Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi “.

Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu ; Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut.

Faktor yang mendorong suatu perusahaan menggunakan distributor, adalah:
1.      Para produsen atau perusahaan kecil dengan sumber keuangan terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung.
2.      Para distributor nampaknya lebih efektif dalam penjualan partai besar karena skala operasi mereka dengan pengecer dan keahlian khususnya.
3.      Para pengusaha pabrik yang cukup model lebih senang menggunakan dana mereka untuk ekspansi daripada untuk melakukan kegiatan promosi.
4.      Pengecer yang menjual banyak sering lebih senang membeli macam-macam barang dari seorang grosir daripada membeli langsung dari masing-masing pabriknya.
2.2 Fungsi Saluran Distribusi
Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen, maka perusahaan dalam melaksanakan dan menentukan saluran distribusi harus melakukan pertimbangan yang baik.
Adapun fungsi-fungsi saluran distribusi menurut Kotler (1997 : 531-532) adalah :
• Information, yaitu mengumpulkan informasi penting tentang konsumen dan pesaing untuk merencanakan dan membantu pertukaran.
• Promotion, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif tentang produk yang ditawarkan.
• Negotiation, yaitu mencoba untuk menyepakati harga dan syarat-syarat lain, sehingga memungkinkan perpindahan hak pemilikan.
• Ordering, yaitu pihak distributor memesan barang kepada perusahaan.
• Payment, yaitu pembeli membayar tagihan kepada penjual melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.
• Title, yaitu perpindahan kepemilikan barang dari suatu organisasi atau orang kepada organisasi / orang lain.
• Physical Possesion, yaitu mengangkut dan menyimpan barang-barang dari bahan mentah hingga barang jadi dan akhirnya sampai ke konsumen akhir.
• Financing, yaitu meminta dan memanfaatkan dana untuk biaya-biaya dalam pekerjaan saluran distribusi.
• Risk Taking, yaitu menanggung resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran distribusi.
2.3 Macam-macam Saluran Distribusi
Terdapat berbagai macam saluran distribusi barang konsumsi, diantaranya :
1. Produsen – Konsumen
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.
2. Produsen – Pengecer – Konsumen
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
5. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan. (Swastha dan Irawan, 1997, p.295-297)
2.4 Pengertian Manajemen Logistik
Serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan, pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penggunaan logistik guna mendukung efektifitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan uraian dari pengertian manajemen dan pengertian logistik, bahwa manajemen lebih menitik beratkan pada cara untuk mengelola barang melalui tindakan-tindakan perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan dan penghapusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Subagya (1994),” logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan strategis barang, suku cadang dan barang dari para suplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan.”
Adapun manajemen logistik adalah sebagai berikut.
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan yang digunakan untuk kegiatan operasional. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat, sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif (Subagya, 1994).
2.5 Fungsi Manajemen Logistik
Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana dibutuhkan, dan dengan total biaya yang rendah. Melalui proses logistiklah material mengalir ke kompleks manufakturing yang sangat luas dari Negara industri dan produk-produk didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.
Berikut ini tujuan manajemen logistik :
Tujuan umum
1.      Tujuan operasional            : Tujuan operasional agar tersedia barang / bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
2.      Tujuan keuangan               : Tujuan keuangan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-serendahnya.
3.      Tujuan pengamanan
Tujuan khusus : Mendukung efektivitas dan efisiensi dalam setiap upaya pencapaian tujuan organisasi.

Penyelenggaraan logistik senantiasa berkaitan dengan proses yang di dalamnya akan melibatkan orang-orang/badan yang harus melakukan kegiatan/usaha secara efektif dan efisien selama jangka waktu tertentu untuk tercapainya suatu sasaran yang ditetapkan, dengan demikian maka misi ini tidak dapat direalisasikan tanpa diterapkannya fungsi-fungsi manajemen dalam penyelenggaraan logistik.
Pada dasarnya fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan dalam penyelenggaraan logistik adalah fungsi-fungsi manajemen yang bersifat umum dan mutlak diperlukan pada seluruh aspek kegiatan, meliputi :
·         Perencanaan
Perencanaan logistik merupakan dasar untuk pengarahan dan pengkoordinasian dalam pembinaan sumber-sumber dan pedoman bagi setiap tindak logistik, secara umum perencanaan logistik didasarkan pada :
1.      Program pembangunan kekuatan jangka panjang (25 tahun).
2.      Program pembangunan kekuatan jangka sedang (5 tahun).
3.      Program pembangunan kekuatan 1 tahun.
4.      Penajaman prioritas sasaran yang dikonsentrasikan pada kemampuan operasional yang diharapkan.
5.      Hasil evaluasi data masukan dari satuan bawah dan fungsi-fungsi terkait yang diakomodasikan dalam evaluasi penyelenggaraan logistik.
·         Pengorganisasian
Pengorganisasian setiap kegiatan logistik pada dasarnya merupakan satu sistem atau tatanan yang harus berorientasi kepada tugas dengan program yang jelas namun kenyal. Pengorganisasian logistik dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai hal serta dengan pendekatan sebagai berikut :
1.          Pengorganisasian yang diselenggarakan berdasarkan pendekatan tugas.
2.          Pengorganisasian yang diselenggarakan berdasarkan pendekatan komoditi.
3.          Pengorganisasian yang diselenggarakan dengan rentang kendali sependek mungkin.
4.          Pengorganisasian yang diselenggarakan berdasarkan eselonisasi penanggung jawab  pengemban fungsi logistik sesuai struktur organisasi yang berlaku.
·         Pengawasan dan pengendalian
Pengawasan dan pengendalian sebagai fungsi organik pembinaan,yaitu  menyelenggarakan usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk menjamin tercapainya tujuan secara efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku melalui pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, pemeriksaan dan tindakan pengendalian yang diperlukan sehingga penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin atau minimum dapat dikurangi. Dalam penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian  perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)      Pengawasan dan pengendalian harus berdasarkan pada rencana yang telah ditetapkan.
2)      Pengawasan dilaksanakan melalui jalur pengawasan struktural maupun fungsional.
3)      Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan terpusat sesuai strata demi tercapainya            kesatuan dan keterpaduan upaya.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Ada beberapa faktor yang membuat saluran distribusi penting bagi suatu perusahaan. Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen, maka perusahaan dalam melaksanakan dan menentukan saluran distribusi harus melakukan pertimbangan yang baik.
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat, sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif (Subagya, 1994).
Tujuan logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana dibutuhkan, dan dengan total biaya yang rendah. Melalui proses logistiklah material mengalir ke kompleks manufakturing yang sangat luas dari Negara industri dan produk-produk didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi untuk konsumsi.
3.2 Saran
Sebuah perusahaan sebaiknya memperhatikan mengenai masalah saluran distribusi karena saluran distribusilah yang membantu perusahaan dalam menyalurkan produk dari produsen(perusahaan) ke konsumen. Selain itu manajemen logistik akan membantu dalam hal pengadaan atau penyediaan barang. Dengan manajemen logistik diharapkan perusahaan dapat lebih efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan operasional dan pemasaran perusahaan.







DAFTAR PUSTAKA
adman.staf.upi.edu/2012/07/27/konsep-manajemen-logistik/
http://bellasallsa.blogspot.com/2012/06/makalah-manajemen-logistik-dan.html
http://cahayanurandini.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-logistik.html


Ringkasan Materi MSDM

TUGAS MEMBUAT RINGKASAN
a.       Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.
b.      Manajemen Personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
c.       Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Personalia adalah “pengakuan” terhadap pentingnya satuan tenaga kerja organisasi sebagai sumberdaya manusia yang vital bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan personalia untuk menjamin bahwa mereka digunakan secara efektif dan bijak agar bermanfaat bagi individu, organisasi dan masyarakat. Meskipun istilah personalia masih digunakan dalam organisasi untuk menamai departemen yang menangani kegiatan-kegiatan seperti pearikan, seleksi, pemberian kompensasi dan pelatihan karyawan., kemudian istilah manajemen sumber daya manusia secara cepat menggantikannya. Namun pada masa peralihan, manajemen personalia dan sumberdaya manusia merupakan istilah yang paling banyak digunakan. Pergantian istilah ini mencerminkan adanya peranan penting yang dimainkan sumber daya manusia dalam suatu organisasi, adanya tantangan-tantangan yang semakin besar dalam pengelolaan sumber daya manusia secara efektif, serta terjadinya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan profesionalisme di bidang manajemen personalia dan sumber daya manusia.
d.      Persamaan dan Perbedaan Antara MSDM Dengan Manajemen Personalia :
Persamaannya : Keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi, agar mendukung terwujudnya tujuan.
Perbedaannya  :
1.      MSDM dikaji secara makro, sedangkan managemen personalia dikaji secara mikro,  MSDM menganggap manusia adalah kekayaan (Asset) jadi harus dipelihara dengan baik, sedangkan manajemen persoalia menganggap bahwa karyawan adalah faktor produksi jadi harus dimanfaatkan secara produktif. MSDM pendekatannya secara modern sedangkan manajemen personalia secara klasik.
2.      MSDM mencakup permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan, penggunaan dan perlindungan sumber dayanya manusia. Sedangkan Manajemen Personalia lebih banyak berkaitan dengan sumber dayanya manusia yang sudah berada dalam organisasi (perusahaan). Tugas manajemen personalia adalah mempelajari dan mengembangkan cara-cara agar unsur manusia dapat secara efektif diintegrasikan kedalam berbagai unit organisasi guna mencapai tujuan dari organisasi itu. Dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu desain sistem yang formal di dalam suatu organisasi, untuk menjamin tercapainya tingkat efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan dan penggunaan kemampuan dan kompetensi manusia untuk mencapai tujuan organisasi.
e.       Manajemen Sumber Daya Insani (MSDI), pada umumnya di kenal dengan istilah “Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)” dan atau lebih khusus Manajemen Personalia (MP) yang sering kita kenal dalam ekonomi pada umumnya, dan merupakan padanan dari istilah Human Resource Departement (HRD). Namun disini akan diperkenalkan kata Sumber Daya Insani (SDI) yang akan dipergunakan. Pemakaian istilah SDI berkenaan dengan pesatnya perkembangan lembaga keuangan Islam (Islam financial institution) dan tentu fundamental ekonomi Islam yang semakin kokoh membuat cabang-cabang ilmu ekonomi Islam pun harus bersifat islamisasi ilmu pengetahuan, termasuk manajemen sumber daya insani yang secara filosofis mencakup dimensi ukhrawi dan dimensi duniawi-jasadi (materi alistik). Sehingga dalam pemaknaan utuh, pemakaian kata insani lebih baik dari pada pemakaian makna manusia.
f.       Human Resource Management adalah  pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja. HRM termasuk desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan karyawan.
g.      Human Resources Development (HRD) merupakan bagian dari komponen organisasi yang memiliki pengelolaan sistem didalamnya serta memiliki hubungan horizontal dengan divisi-divisi lainnya, dan memiliki hubungan tanggungjawab kepada manajemen.  Secara struktural HRD diperusahaan bertanggungjawab terhadap pengelolaan aset perusahaan.
h.      Ekonomi Sumber Daya Manusia merupakan teori ekonomi pada analisis sumber daya manusia. Ekonomi sumber daya manusia didefinisikan sebagai ilmu ekonomi yang diterapkan untuk menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi ( subri, Mulyadi, 2003 : 1) atau ekonomi sumber daya manusia merupakan penerapan teori ekonomi pada analisis sumber daya manusia ( Ananta , Aris,1990 :3)
i.        Hubungan Industrial adalah hubungan semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi barang atau jasa di suatu perusahaan. Pihak yang berkepentingan dalam setiap perusahaan (Stakeholders):
1.      Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili oleh pihak manajemen
2.      Para pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh
3.      Supplier atau perusahaan pemasok
4.      Konsumen atau para pengguna produk/jasa
5.      Perusahaan Pengguna
6.      Masyarakat sekitar
7.      Pemerintah
j.        Procurement (pengadaan) Hasibuan (2007:27) mengatakan bahwa “Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang efektif dan efisien membantu tercapainya tujuan perusahaan”. Sedangkan recruitment (penarikan) adalah proses pencarian dan ‘pemikatan’ para calon karyawan (pelamar pekerjaan) yang mampu untuk melamar sebagai karyawan di suatu organisasi atau perusahaan.
k.      Development (pengembangan) adalah upaya meningkatkan keterampilan dan kemampuan yang diupayakan melalui jalur pelatihan maupun pendidikan terhadap SDM yang ada Selain itu, development dalam MSDM adalah sebagai bentuk pengembangan diri bagi karyawan yang berprestasi meliputi promosi, mutasi dan pengembangan karier.
l.        Pengertian tenaga kerja, bukan tenaga kerja, angkatan kerja, bukan angkatan kerja, pekerja, dan karyawan.
Berdasarkan penduduknya
Ø  Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Ø  Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Berdasarkan batas kerja
Ø  Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
Ø  Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah, anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.
Ø  Pekerja merupakan mereka yang memiliki pekerjaan baik secara wiraswasta maupun swasta, professional maupun yang tidak. Jadi, pekerja tidak hanya orang yang bekerja dalam suatu perusahaan melainkan setiap orang yang melakukan pekerjaan sesuai kemampuannya masing-masing. Contoh: bidan, perawat, pedagang kaki lima, tukang becak dan lain-lain.
Ø  Karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu perusahaan dengan jangka waktu baik tertentu maupun tidak tertentu. Karyawan biasanya disebut asset bagi suatu perusahaan karena merekalah yang menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan.
m.    Lingkaran Kemiskinan
Teori itu disebut teori “Lingkaran Setan Kemiskinan”, terjemahan dari “Vicius Sircle of Poverty” yaitu konsep yang mengandaikan suatu konstellasi melingkar dari daya- daya yang cenderung beraksi dan beraksi satu sama lain secara sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin terus menerus dalam suasana kemiskinan.
Pada intinya teori itu mengatakan bahwa negara-negara sedang berkembang itu miskin dan tetap miskin, karena produktivitasnya rendah. Kerana rendah produktivitasnya, maka penghasilan seseoarang juga rendah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya yang minim. Karena itulah mereka tidak bisa menabung. Padahal tabungan adalah sumber utama pembentukan modal masyarakat sehingga capitalnya tidak efisien (boros). Untuk bisa membangun, maka lingkaran setan itu harus diputus, yaitu pada titik lingkaran rendahnya produktivitas, sebagai sebab awal dan pokok.
Indikator utama kemiskinan menurut BAPPENAS dapat dilihat dari; (1) kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak; (2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif; (3) kuranya kemampuan membaca dan menulis; (4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup; (5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi; (6) ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah; (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Menurut SNPK strateginya adalah sebagai berikut:
Pengelolaan Ekonomi Makro
Upaya penanggulangan kemiskinan tidak dapat lepas dari penciptaan stabilitas ekonomi sebagai landasan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Kebijakan dan program yang ditempuh antara lain adalah kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter dilakukan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga nilai tukar rupiah, dan kebijakan fiskal dilaksanakan untuk menjaga kesinambungan fiskal dan memberikan stimulus perekonomian sesuai dengan kemampuan keuangan negara
Sumber Referensi :
adesuherman.blogspot.com/2012/06/peranan-fungsi-pengadaan-procurement.html
nurafni.com/2013/11/14/kemiskinan-di-indonesia-2/
Handoko,T.Hani.2001.Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Cowling, Alan & James, Philip. 1996. The Essence of Personnel Management and Industrial Relations (Manajemen Personalia dan Hubungan Industrial). Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.
Sumarsono, Sonny. Ekonomi Manajemen Suumberdaya Manusia & Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ranupadojo, Drs.Heidjrachman & Husnan, Drs. Suad. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.


Sabtu, 28 Februari 2015

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO PADA USAHA ENHA’S COOKIES

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Manajemen risiko perlu dilakukan dalam sebuah perusahaan baik perusahaan jasa, manufaktur, dagang bahkan home industry.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan.
Setelah mengidentifikasi risiko, perlu dilakukan evaluasi dan pengendalian risiko. Semua jenis perusahaan yang mengimplementasikan manajemen risiko dengan baik kemungkinan besar usahanya akan berhasil dan memperoleh hasil yang maksimal. Oleh sebab itu, pentingnya menerapkan manajemen risiko akan dibahas lebih lanjut terutama pada usaha home industri “Enha’s Cookies”.

1.2              Rumusan Masalah
1.2.1         Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko?
1.2.2         Bagaimana identifikasi risiko pada usaha Enha’s Cookies?
1.2.3         Risiko apa sajakah yang dihadapi Enha’s Cookies?
1.2.4        Bagaimana implementasi manajemen risiko pada usaha Enha’s cookies?

1.3       Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut
1.3.1        Untuk membahas mengenai manajemen risiko.
1.3.2        Untuk mendeskripsikan bagaimana cara mengidentifikasi risiko pada usaha Enha’s Cookies.
1.3.3         Untuk menguraikan risiko apa saja yang dihadapi Enha’s Cookies.
1.3.4        Untuk menggambarkan bagaimana implementasi manajemen risiko pada usaha Enha’s Cookies.


1.4       Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut
.
1.4.1             Menambah pengetahuan mengenai manajemen risiko.
1.4.2             Berguna sebagai proses pembelajaran untuk lebih mempermudah dalam memahami serta mengetahui tentang bagaimana mengidentifikasi risiko pada usaha Enha’s Cookies.
1.4.3             Bermanfaat sebagai informasi mengenai risiko-risiko yang dihadapi oleh Enha’s Cookies.
1.4.4             Sebagai petunjuk untuk mengimplementasikan manajemen risiko di dalam sebuah perusahaan seperti Enha’s Cookies.



BAB 2. PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Manajemen Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Resiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.
Vaugan (1978),  mengemukakan beberapa definisi resiko sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut :
a.       Risk is the chance of loss ( Risiko adalah kerugian )
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
b.      Risk is the possibility of loss ( Risiko adalah kemungkinan kerugian )
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
c.       Risk is uncertainty ( Risiko adalah ketidakpastian )
Uncertainty dapat bersifat subjektif dan objektif. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan.
d.      Risk is the dispersion of actual from expected result ( Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan)
Sedangkan Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Smith (1990) mendifinisikan manajemen resiko sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staf, dan organisasi).
Upaya Penanggulangan Resiko
            Upaya penanggulangan risiko berdasar pada sifat dan objek yang terkena risiko ada beberapa cara untuk menanggulangi atau meminimumkan risiko, sebagai berikut:
1.      Mengadakan pencegahan dan penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian.
2.      Melakukan retensi artinya mentolerir terjadinya kerugian, dengan membiarkan terjadinya kerugian dan untuk mencegah terganggunya operasi dengan menyediakan dana untuk penanggulangannya.
3.      Melakukan pengendalian terhadap  risiko, seperti melakukan perdagangan berjangka
4.      Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara mengadakan kontrak pertangguhan (asuransi) dengan perusahaan asuransi terhadap risiko tertentu.




Sebelum membahas mengenai Identifikasi Risiko pada Usaha Enha’s Cookies, berikut sekilas mengenai profil dan latar belakang usaha Enha’s Cookies.
Profil Usaha
Nama usaha           :  Enha’s Cookies (Enak dan Hemat)
Pemilik                  :  Nur Hasanah (mahasisiwi UNESA angkatan 2011)
   Ainul  Hidayah Arifika (mahasiswi UNEJ angkatan 2012)
Tahun berdiri         :   2011
Tempat produksi   :  Jl Aryawiraraja No 44 Kepanjen Jombang Jawa Timur
Jenis usaha            :  Home Industri (Kue Kering dan Cake)
Daerah Pemasaran :  Jombang, Surabaya, Lumajang, Lamongan, Banyuwangi Jember dan sekitarnya.

Latar Belakang Usaha dan Perkembangannya
Berawal dari Nur Hasanah yang kesulitan biaya untuk kebutuhan kuliahnya di UNESA. Saat itu hampir mendekati bulan puasa dan lebaran. Nur Hasanah memiliki ide untuk memproduksi kue kering secara kecil-kecilan. Akhirnya beliau memproduksi kue kering dengan merek Enha’s Cookies dari singkatan Enak dan Hemat bersama adiknya, Ainul Hidayah Arifika. Modal yang digunakan saat itu Rp 500.000,-. Usaha yang dikembangkan ini merupakan home industry karena kegiatan produksinya masih di rumah bukan pabrik.
Sedikit mengenai pengertian home industry. Home Industry (atau biasanya ditulis/dieja dengan "Home Industri") adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah.
Tahun pertama yang diproduksi masih kue kering seperti putri salju, coklat kacang, kue kering stroberi, dan brownis kering. Berkembang sampai tahun berikutnya. Tahun kedua, jenis produknya tetap tetapi jumlahnya bertambah dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2013, variasi produk bertambah dengan adanya nastar keju karena saat itu pasaran sedang menginginkan nastar dengan mengganti cengkeh dengan keju. Untuk tahun terakhir yaitu 2014, ada tambahan produk lagi yaitu kastangel karena banyak yang pelanggan yang memesan.
Baru-baru ini Enha’s cookies mengeluarkan brownis yang terbuat dari bahan yang takarannya didapat dari percobaan yang dilakukan oleh Ainul Hidayah Arifika. Dalam proses pembuatan kue, resep didapat dari internet yang diinovasikan. Proses produksi dilakukan oleh Ainul Hidayah Arifika, untuk menghias dilakukan oleh Nur Hasanah.

2.2               Identifikasi Risiko pada Usaha Enha’s Cookies
Enha’s Cookies mengenali risiko yang mungkin terjadi dengan cara mengukur banyaknya pelanggan yang memesan produknya. Semakin banyak pelanggan yang memesan dan membeli produknya, maka risiko yang dihadapi akan dapat dihindari. Enha’s Cookies juga mampu mengenali risiko dari pesaing yang memproduksi produk serupa. Sering browsing melalui internet juga salah satu cara Enha’s Cookies untuk mengenali risiko yang mungkin terjadi. Tak jarang Enha’s Cookies bertanya kepada calon konsumen tentang produk apa yang mereka inginkan pada saat itu. Dengan demikian produk yang akan diproduksi akan laku terjual.
2.3              Risiko-Risiko yang dihadapi Enha’s Cookies
Risiko yang mungkin terjadi pada Enha’s Cookies disebabkan oleh :
1.      Waktu
Ketika bulan-bulan biasa kue kering kurang diminati. Bulan puasa, lebaran dan natal merupakan momen yang tepat bagi Enha’s cookies untuk memasarkan produknya.
2.      Tenaga kerja
Masih bergantung kepada keluarga sendiri dalam memproduksinya sehingga pemilik ikut serta dan mengeluarkan tenaga lebih banyak untuk mengimbangi banyaknya pesanan.


3.      Produk yang tidak memenuhi standar
Terkadang ada kue yang hangus ketika dipanggang sehingga jumlah kue yang seharusnya sudah sesuai pesanan menjadi berkurang. Untuk kue basah terkadang tidak mengembang seperti yang diharapkan. Rasa yang berbeda dengan biasanya juga merupakan risiko yang sering terjadi.
4.      Bahan Baku
Bahan baku yang dibutuhkan terkadang sulit dibeli. Supplier tidak mempunyai bahan baku sebanyak kebutuhan produksi. Bahan baku tersedia melimpah hanya pada bulan-bulan tertentu. Jadi harus membeli dalam jumlah yang besar sebelum kehabisan bahan baku.
5.      Wadah kue atau toples
Ketidakpastian jumlah pesanan dan jenis produk menyebabkan Enha’s Cookies belum mampu menghitung secara pasti mengenai banyaknya toples yang dibutuhkan. Hal ini merupakan salah satu risiko yang harus dihadapi oleh Enha’s Cookies.

Hambatan-hambatan :
1.      Modal yang masih kurang
Dari tahun ke tahun memang penjualan produk meningkat. Modal yang semula modal berjalan yaitu ketika memperoleh hasil penjualan, dana tersebut langsung diputar atau dibelikan bahan baku untuk kemudian diproduksi  lagi dan seperti itu seterusnya. Tetapi pada tahun terakhir, dana yang diperoleh dari hasil penjualan tidak langsung diputar seperti sebelumnya melainkan dikumpulkan dahulu sampai kembali ke modal semula. Dengan demikian laba yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan ketika menggunakan metode modal yang diputar.
2.      Kemampuan yang terbatas sehingga menolak pesanan
Enha’s Cookies hanya mengerahkan tenaga kerja dari keluarganyasendiri. Hal ini menyebabkan kelelahan dan kurang efektif bagi kelancaran usaha sehingga pemilik usaha menolak pelanggan yang memesan produk secara mendadak. Kendala seperti masih belum dapat diatasi secara maksimal mengingat kondisi fisik manusia yang tidak menentu.

2.4              Implementasi Manajemen Risiko pada Usaha Enha’s Cookies

1.      Waktu
Untuk mengatasi masalah waktu seperti musim atau bulan Enha’s Cookies tetap memproduksi kue kering walaupun jumlahnya sedikit agar tetap ada laba yang masuk meskipun sedikit. Selain itu, untuk mengatasi hal ini Enha’s Cookies bisa menerima pesanan kue basah untuk acara ulang tahun, hantaran pernikahan/lamaran atau untuk acara hajatan. Ketika tiba musim kue kering, Enha’s Cookies mendapat pesanan yang melimpah. Waktu-waktu seperti ini dimanfaatkan oleh Enha’s Cookies untuk meningkatkan penjualan dan memperoleh laba semaksimal mungkin.
2.      Tenaga kerja
Enha’s Cookies memang hanya menggunakan keluarganya sendiri sebagai tenaga kerja dalam memproduksi kue kering dan kue basah. Enha’s Cookies masih belum berani merekrut tenaga kerja dari pihak luar karena masih sanggup mengatasi pesanannya sendiri. Manajemen risiko yang diterapkan oleh Enha’s Cookies mengenai tenaga kerja adalah selalu menjaga kesehatan dan senantiasa memiliki persediaan tenaga yang cukup untuk mengantisipasi membludaknya pesanan.
3.      Produk yang tidak memenuhi standar
Produk yang tidak memenuhi standar biasanya diatasi dengan cara dihancurkan kemudian ditambah dengan bahan lain seperti susu cair kemudian dibentuk menjadi bola-bola sehingga menjadi kue dengan bentuk lain yang tidak kalah menariknya dengan kue sebelumnya yang sudah memenuhi standar. Kue hasil daur ulang tersebut akan dijual jika ada pembeli yang berminat. Apabila tidak laku maka kue baru yang telah dibuat akan dikonsumsi sendiri oleh pemilik.
4.      Bahan Baku
Enha’s Cookies mengatasi risiko kekurangan bahan baku seperti tepung dengan cara membeli dalam jumlah yang besar di awal sebelum memproduksi kue. Ketika membeli bahan baku pemilik sangat teliti dalam melihat tanggal kadaluwarsa untuk tetap menjaga kualitas produk. Hal ini juga berguna untuk meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi dan mencegah produk yang tidak memenuhi standar.
5.      Wadah atau toples
Sejauh ini manajemen risiko yang diterapkan untuk mangatasi masalah toples masih belum maksimal karena membeli toples di tempat lain yang terkadang harganya lebih mahal. Namun, cara ini dianggap paling efektif daripada menolak pesanan hanya karena faktor toples.

Cara Pemasaran Produk :
Untuk pemasaran produk, Enha’s Cookies memasarkannya di instansi pemerintahan seperti kantor Pemkab, rumah sakit, Dinas Kesehatan. Ada juga yang ditipkan pedagang kaki lima. Selain itu, Enha’s Cookies juga memiliki reseller dengan harga yang relatif sama dengan harga yang telah dipasang oleh Enha’s Cookies. Pemasaran juga dilakukan secara online melalui facebook.
Enha’s Cookies memiliki pelanggan yang cukup banyak dan tersebar di daerah Jombang, Surabaya, Lumajang, Lamongan, Banyuwangi Jember dan sekitarnya. Para pelanggan yang tersebar ini seringkali membantu pemasaran Enha’s Cookies yaitu dengan publicity atau dari mulut ke mulut.



BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Sebuah perusahaan baik jasa, manufaktur, dagang maupun home industry selalu menerapkan manajemen risiko demi keberhasilan usahanya.
Enha’s Cookies merupakan salah satu contoh home industry yang senantiasa mengimplementasikan manajemen risiko sehingga usaha yang dijalankannya cukup berhasil dan semakin berkembang sampai saat ini. Hal ini membuktikan bahwa manajemen risiko memiliki dampak positif baik bagi perusahaan besar maupun kecil serta dalam waktu jangka panjang maupun jangka pendek.

3.2 Saran
Sebaiknya manajemen risiko diterapkan di dalam setiap kegiatan usaha. Manajemen risiko dapat membantu mengurangi kerugian yang mungkin terjadi di dalam sebuah perusahaan. Selain itu, manajemen risiko dapat membantu meningkatkan laba perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk home industry seperti Enha’s Cookies, manajemen risiko sudah diterapkan dengan cukup baik. Dengan demikian, Enha’s Cookies dapat lebih fokus dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami seperti modal. Mungkin Enha’s Cookies dapat mencari tambahan modal dengan cara meningkatkan pemasaran yang kemudian meningkatkan penjualan dan laba.



https://scontent-a-mad.xx.fbcdn.net/hphotos-xpa1/v/t1.0-9/10277518_10201167598352592_4959275558400476250_n.jpg?oh=896181a604fbc9244c28302808085411&oe=55148337
DAFTAR PUSTAKA

[ 03 Desember 2014 ]
Arif_Nurochman_Manajemen_Risiko.pdf [ 03 Desember 2014 ]
http://kangnas.blogspot.com/2013/05/pengertian-manajemen-risiko-menurut-para-ahli.html [ 04 Desember 2014 ]